Lesung pipit
Perpustakaan ITB
Diatas Samudera Pasific, sedang tertidur lelap, tiba tiba terbangun setelah sarapan pagi dibagikan, cahaya diluar jendela silau mentari pagi.
“Coffee please”’, kata saya menjawab pertanyaan stewardes, satu wajah kuning langsat, seperti kulitku diantara stewardes berkulit putih dan hitam. Jantungku berdetak kencang, tapi masih ragu apakah dia asli Indonesia ataukah asli Malaysia atau Thailand.
Waktu mengumpulkan gelas dan piring, saya membaca nama di dadanya, Maura. Betul, dia bernama Indonesia atau mungkin Malaysia. Tapi yang membuat mataku tidak lepas dari wajahnya, dia mirip sekali dengan wajah wanita sahabat saya dulu.
Waktu ke toilet, dia sedang merapikan makanan di belakang, di balik tirai, saya beranikan bertanya :
” Are you Indonesian”.
“No, but I am Indonesian American”, jawabnya dengan senyum itu, senyum yang sama. Dia rupanya sudah menjadi warga Amrik.
“Were your mother origin from Bandung ?”.
“Yes, but how do you know”.
“I see your name”, kataku.
Percakapan terhenti karena temannya memangil.
“ I am sorry”, katanya sambil pergi.
Waktu makan siangpun tiba, dia datang lagi mendorong gerobak makanan berpasangan dengan stewardes kulit hitam. Waktu memberikan piring makanan saya memberikan kartu namaku dengan alamat di Orange city, tidak jauh dari Los Angeles, sambil berbisik “May I have your number please”. Dia hanya senyum manis, karena kuatir ketahuan sama temannya. Dia kuatir melanggar aturan peruahaan bahwa pramugari dilarang berhubungan dengan penumpang.
Setelah mengumpulkan gelas, diapun menyelipkan nomor telponnya diatas sehelai kertas.
Ketika turun dari pesawat di Bandara LAX di Los Angeles, para pramugari, pramugara berdiri berjejer dekat pintu keluar pesawat dengan mengucapkan :”Thank you, bye”. Si kulit sawo matang itu, hanya tersenyum manis, persis seperti senyum wanita yang saya kenal dulu dengan ciri khasnya, Lesung pipit.
Tidak habis fikir masih terbayang, saya dulu ketika kuliah di ITB berteman dekat dengan seorang gadis dengan lesung pipitnya yang menawan. Sudah berencana akan menikah bahkan akan memberi nama anak bernama Maura. Kalau anak perempuan akan memberi nama, seperti nama pramugari itu. Tapi karena masalah agama, orang tua kedua belah fihak tidak setuju, pernikahan pun tidak pernah terjadi.
Esok harinya saya menelpon hotel tempat pramugari itu
menginap. Tetapi informasi hotel mengatakan dia sudah berangkat ke Honolulu, Hawai.
No comments:
Post a Comment